EXPOSSE.COMI JAMBI – Provinsi Jambi menjadi salah satu Pusat Patin Nasional. Hal ini dikarenakan potensi komoditi ikan Patin yang cukup besar dengan produksi Patin provinsi Jambi sebanyak 52 Ton per-hari. Adapun jumlah yang di pasarkan untuk provinsi lebih kurang 30 ton per hari, sedangkan sisanya di pasarkan ke luar Provinsi Jambi.

Adapun untuk pemasarannya dalam Provinsi Jambi hingga ke provinsi tetangga. seperti Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Barat dan Riau. Selain ikan patin, terdapat juga komoditi ikan Nilla, Lele, Mas, Gurame yang dibudidayakan di Provinsi Jambi.
Hal ini disampaikan langsung oleh Uzair S St Pi selaku Kepala Seksi (Kasi) Perbenihan, Produksi dan Usaha di Bidang Perikanan Budidaya dan pengembangan Teknologi Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, Kamis (24/3).

Dalam hal budidaya ikan, komponen utamanya adalah pakan untuk pertumbuhan ikan. Khususnya budidaya ikan patin, pakan yang dibutuhkan sekitar 60 sampai 70 persen untuj pemberian pakan dimana butuh waktu pemeliharaan sekitar enam bulan hingga waktu panen.
“Jadi misal harga ikan Patin itu Rp20 ribu per kilogram, untuk biaya pakan lebih kurang 14 ribu an”, jelas Uzair.
Meski demikian, para pembudidaya masih bisa mendapatkan keuntungan karena dalam satu kerambah jika bibit yang disebar 1000 benih bisa dipanen 800 ekor.

Dengan kondisi saat ini harga pakan pabrik yang cukup tinggi pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, memiliki program GERPARI (Gerakan Pakan Mandiri) dengan memberikan bantuan mesin cetak pellet kepada kelompok pembudidaya ikan yang bertujuan untuk mengurangi biaya produksi, namun demikian karena kapasitasnya yang masih kecil dan bahan baku yang tidak selalu tersedia, sehingga pembudidaya masih memerlukan pakan pabrik dalam memenuhi kebutuhan pakan ikan.
Selain harga pakan yang tinggi, kondisi cuaca juga mempengaruhi kondisi ikan, untuk itulah perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian penyakit ikan, hal ini dijelaskan oleh Lina Sefriyanti, S.Pi, M.Si, selaku Kasi Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan Kawasan Perikanan Budidaya dengan memberikan vitamin dan imunostimulan dalam pemeliharaan ikan.
Lebih lanjut, ia juga menghimbau kepada para pembudidaya agar memelihara ikan secara sehat, lingkungan yang bersih dengan cara penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), jika proses budidaya di lakukan sesuai dengan standar, maka kegagalan panen dapat dihindari jelasnya. Karena, pada prinsipnya mencegah lebih baik dari pada mengobati, artinya dalam proses budidaya ikan perlu diperhatikan kesehatan ikan itu sendiri”, jelasnya
Hal tersebut dimulai dari lingkungan yang bersih, makanan yang sehat dengan penambahan vitamin dan imunostimulan untuk menjaga daya tahan tubuh ikan itu sendiri. Jika terjadi serangan penyakit dianjurkan menggunakan obat-obatan herbal (alami). Penggunaan antibiotik dalam budidaya ikan harus bijak dilakukan, karena antibiotik ini hanya boleh diberikan dalam pengobatan dan bukan untuk mencegah penyakit ataupun pemacu pertumbuhan.
Jika harus menggunakan antibiotik, gunakan yang sudah terdaftar di KKP dengan memperhatikan petujuk dan dosis pemakaiannya, karena residu obat ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut.
Perlu diketahui, Pada tahun 2021 yang lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi melalukan pengujian sampel residu terhadap ikan patin di beberapa pembudidaya ikan di provinsi Jambi, dan hasilnya Compliant, artinya tidak ditemukannya kandungan residu yang berbahaya yang melebihi batas yang diperbolehkan.
Hal ini sangat penting dilakukan guna menjaga keamanan pangan bagi kita yang mengkonsumsinya. Untuk pengujian residu obat ikan dan kontaminan yg terkandung dalam daging ikan patin yg sampelnya diambil dari beberapa kolam Patin di Provinsi Jambi. (Exp-005)
Discussion about this post