EXPOSSE.COMI JAMBI – Bank Jambi telah menerapkan manajemen risiko dan kepatuhan sangat baik, hal ini terlihat dari Capaian fundamental, yang dinilai dari tiga aspek utama, yakni sistem, infrastruktur dan implementasi tata kelola perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Ekonomi Jambi, Dr Noviardi Ferzi SE MM, Sabtu (19/3).
Noviardi mengatakan, penerapan manajemen risiko sangat penting untuk menciptakan industri perbankan yang sehat dan terintegrasi, dalam koridor risiko yang tetap terkendali. Penerapan manajemen risiko yang tertib pada gilirannya akan menciptakan industri yang semakin sehat.
Bank Jambi selaku perbankan milik pemerintah daerah telah mengantisipasi berbagai risiko dalam peta risiko (risk map) yang terdiri dari resiko pasar (resiko suku bunga, resiko valuta asing, resiko dari perubahan harga pasar sekuritas, derivatif keuangan dan komoditas), resiko kredit, resiko likuiditas, resiko eksposur, resiko investasi, risiko operasional, resiko hukum, resiko strategis. Resiko ini sangat inter-independen. Peristiwa yang mempengaruhi satu area resiko dapat memiliki konsekuensi untuk berbagai kategori resiko lainnya.
Di Bank Jambi, penerapan manajemen risiko berperan dalam meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai potensi kerugian dimasa mendatang, modal yang diperlukan untuk mengcover risiko, dibandingkan dengan potensi return yang dihasilkan.
Hal ini bagi Bank Indonesia dan OJK selaku otoritas pengawasan akan mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang dihadapi bank yang dapat mempengaruhi permodalan bank.
Intinya, manajemen resiko merupakan lokomotif dalam mengawal bisnis menerapkan budaya kepatuhan untuk mendukung kinerja perusahaan keberlanjutan bisnis. Sustainable business penting untuk menumbuhkan awaranes risiko dalam jangka panjang.
Dalam dunia perbankan, risiko harus dikelola dan ini merupakan kewajiban moral (moral hazard) untuk menerapkan manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) guna mewujudkan bisnis berkelanjutan.
Peta risiko yang dibuat manajemen merupakan bentuk pemahaman bahwa manajemen risiko tidak menghambat pertumbuhan bisnis bank, namun ikut memastikan bahwa risiko dalam bisnis yang dijalankan oleh bank disadari sepenuhnya oleh bank dan masih dalam toleransi bank.
Manajemen risiko yang baik menjadi salah satu kunci yang harus dipraktikkan dalam setiap usaha bisnis. Peran pengelolaan risiko di Bank Jambi lebih banyak berada di balik layar, tak banyak terlihat, namun fungsinya terlampau besar untuk disepelekan.
Bank Jambi melalui pengelolaan manajemen resiko menargetkan hingga akhir tahun ini, Non Performing Loan (NPL) bisa ditekan 0,84 persen seiring pencapaian NPL tahun lalu yang sebesar 1,12 persen atau lebih rendah dari rata-rata NPL industri perbankan Desember 2021 yang sebesar 3 persen.
Sementara rasio Net Interest Margin (NIM) bank Jambi di tahun 2021 6,01 persen atau berada di atas rata-rata rasio NIM industri perbankan yang mencapai 4,9 persen.
Adapun total aset Bank Jambi tumbuh 15,16 persen year on year (yoy) menjadi Rp 13,1 triliun. Pertumbuhan aset ini didukung penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 8,9 triliun di tahun 2021. Sedangkan laba bersih setelah pajak tercatat sebesar Rp 214,5 miliar tahun 2021. Untuk total kredit yang disalurkan mencapai Rp 10 triliun atau tumbuh sebesar 20 persen dari tahun 2020. (Exp-008)
Discussion about this post